Senin, 02 Desember 2013

PENERAPAN IQ, EQ, DAN SQ DALAM DUNIA PENDIDIKAN BESERTA CONTOHNYA

Pendidikan yang dilaksanakan di Negeri kita ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk menjadikan masyarakat bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 3).

Sesuatu yang sangat berpengaruh dari dalam diri manusia terutama didalam menjalankan program pendidikan ternyata benar-benar ada. Kecerdasan, itulah terminology yang mula-mula dinisbatkan oleh para ilmuwan.

Menurut (Salafudin, 2010) adalah bahwa kecerdasan merupakan sesuatu yang berdiam dalam diri manusia. Kecerdasan bias diartikan semacam kemampuan, ketangkasan, kelihaian, dan kecerdikan. Orang-orang berpacu untuk menjadi manusia yang cerdas,karena hanya dengan kecerdasanlah seseorang bias menjadi yang terpandai dan sukses.

Kemudian lahirlah term baru yang cukup fenomenal yang kemudian menjadi icon pertama bagi lahirnya terminologi kecerdasan yang disebut dengan IQ (Intellectual Quotient) atau kecerdasan intelektual. Kecerdasan jenis ini dilambangkan dengan ahlinya seorang pelaku pendidikan dalam bidang matematika dan bahasa yang menjadi simbol menentukan dari keberhasilan suatu pendidikan. Dengan kecerdasan intelektual, seseorang bias menjadi bintang kelas, dan dengan kecerdasan intelektual pula seseorang akan menjadi yang paling hebat.

Namun pada akhirnya kelemahan-kelemahan dari kecerdasan intelektual (IQ) mulai terkuak setelah selama satu abad kurang lebih banyak orang yang mengagung-agungkannya. Disebabkan dengan adanya fenomena orang yang otaknya cerdas menjadi seseorang yang pemurung, yang pintar berbicara menjadi pendiam seolah-olah menggambarkan orang yang cerdass menjad lebih bodoh dari orang-orang yang biasa saja. Kalaupun tidak menjadi lebih bodoh dari orang-orang biasa, orang yang cerdas akan berubah menjadi orang yang berandal, egois, brutal, dan bahkan dapat melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh masyarakat dan agama.

Kemudian para ilmuwan meneliti dan mengkaji situasi paradoks ini dan ditemukan bahwa seorang yang cerdas ternyata mengalami tekanan perasaan yang begitu dalam, sehingga ia berubah seratus persen dan keceradasan intelektualnya menjadi kurang dominan.

Persepsi sebelumnya yang mengungkapkan bahwa kecerdasan intelektual merupakan segalanya telah salah, masih ada faktor lain yang berpengaruh terhadap pelaku pendidikan, yaitu emosi.

Tidak lama lahirlah terminologi kecerdasan emosi (Emotional Quotient) yang disingkat menjadi EQ. Terminologi ini berupa kumpulan karakter kepribadian, komunikasi, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang merupakan modal pelaku pendidikan untuk berkembang secara maksimal dan sebagai pelengkap kecerdasan intelektual sebelumnya.

Pada Tahun 1983 Howard Gardner memperkenalkan teori beserta macam-macam kecerdasan jamak atau biasa disebut dengan Multiple Intelligences. Teori Gardner ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) yang berupa kecerdasan aspek kinetis, musikal, visual-spasial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.

Sumber referensi:
1. Salafudin (skripsi 2010), Kecerdasan Spiritual dan Hubungannya dengan Penerapan Nilai-nilai Kejujuran Siswa. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Susanto handy (2005). Penerapan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran. Jurnal pendidikan Penabur, Tasikmalaya. No. 4
3. Widya Wati (2010), Makalah Strategi Pembelajaran Softskill dan Multiple Intelligence. Universitas Negeri Padang.

0 Comments:

Statistic

Ads 468x60px

Featured Posts

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Social Icons

 

This Template is Brought to you by : AllBlogTools.com blogger templates